Masyarakat Indonesia Masih Menuju Transisi Menghargai Seni

Kesenian tradisional, makin hari makin tertinggal akibat adanya modernisasi. Namun tetap seni adalah salah satu aset yang dimiliki negeri kita ini. Salah satu seni yang masih eksis sampai saat ini adalah seni tari bali. Diantara banyak orang yang sudah mulai meninggalkan seni tradisional dan beralih ke seni modern, ternyata masih ada seseorang yang cinta seni dan peduli dengan seni tradisional, bahkan seni tradisional telah dijadikan bagian dari profesinya.
I Gusti Komang Aryaprastya Agus, atau panggil saja Gusti Arya adalah seorang dosen seni tari, juga peneliti seni tradisional di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, sekaligus seorang pelatih Tari bali dan tari nusantara di beberapa sanggar bandung juga di Bali. seperti Sanggar Natyanataraja yang terletak di jalan Merdeka No. 64 Bandung, juga Sanggar Sekar Tampaksiring di jalan Ciung Wanara dekat Istitut Teknologi Bandung.
Disela kegiatannya melatih tari Bali di Sanggar Sekar Tampaksiring, Minggu 30 Mei 2010, Anna Ihfiana berhasil mewawancarai Gusti Arya. Berikut petikan wawancaranya

Sejak kapan Anda melatih Tari Bali?
Dulu saya SMA di Bali, dari Bali saya ke Bandung untuk kuliah S1 di UPI. Sejak tahun 97 saya sudah mengajar tari dan mendirikan sanggar tari bali sendiri, namun setelah saya menyelesaikan s2 saya, kamudian barulah saya membuka cabang sanggar tari bali ke beberapa daerah di Bandung. seperti sanggar Natyanataraja, dan sekar Tampaksiring

Menurut Anda bagaimana kepedulian pemerintah kepada seni?
Sebenarnya pemerintah sudah mulai peduli dengan kesenian, dengan diadakannya festival, juga budget khusus dari pemda untuk kesenian.

Lalu, menurut Anda bagaimana perkembangan seni tradisional itu sendiri?
Seni memang agak lemah banyak orang yang memandang sebelah mata, namun masih ada beberapa orang yang peduli. karena sebenarnya seni itu banyak manfaatnya seperti meningkatkan kecerdasan musik, kecerdasan gerak, dan kecerdasan bahasa. jaman dahulu seni itu hanya dijadikan hiburan, tapi sekarang seni itu bisa dijadikan profesi, dengan menggeluti seni itu kita bisa membuat prestasi.

Mengapa Anda tetap bertahan menjadi pelatih Tari Bali, padahal sekarang sudah banyak modernisasi?
Ya karena saya memang sudah bercita-cita untuk melestarikan budaya, kalau semua orang tidak peduli, maka yang terjadi kita untuk belajar seni harus jauh-jauh belajar diluar negeri, karena diluar negeri kesenian tradional itu sendiri lebih dihargai. betapa malu nya kita dengan seni yang sangat kaya, harus repot-repot belajar keluar negeri. masyarakat indonesia itu masih menuju transisi menghargai seni.

Apakah Anda menekuni tari lain selain Tari Bali?
Kebetulan dari kecil saya memang hobi menari,sampai besarpun saya sekolah menari akhirnya saya kerjanya juga di bidang seni tari, jadi saya memang pernah belajar tari lain, seperti tari jawa, Tari Sunda, Sumatra, Papua, juga internasional seperti Tari China, India, Jepang. saya tetap berkeinginan untuk belajar tari apapun.

Apa pendapat Anda tentang anak muda jaman sekarang yang lebih suka budaya modern?
Pandangan seperti itu sering saya dengar, tapi sebenarnya tidak semua anak muda melupakan seni tradisional. banyak juga generasi-generasi muda yang sering tukar budaya keluar negeri, melakukan festival budaya. dan membawa budaya tradisional indonesia ke mata internasional. tapi memang sekarang ini tradisonal dianggap kurang menguntungkan, padahal kelebihannya banyak. orang hanya belum menyadarinya. misalnya orang india, sampai sekarang kalau keluar negeri masih banyak yang memakai sarinya, kalau orang indonesia, pasti jarang sekali ada yang mau memakai batik keluar negeri. itu menunjukan bahwa kita harus belajar, dan kita belum mempunyai jati diti, dan masih meniru.kita sekarang ini masih berfikiran kalau ilmu dan sains masih lebih menguntungkan di banding seni, padahal seni bisa sangat menguntungkan.

Apa harapan Anda terhadap seni di indonesia?
Agar semua orang bisa membuka mata lebar-lebar, bahwa jika semua orang hanya belajar sains maka otak kiri nya saja yang bekerja. dengan seni musik dan bahasa, otak kanan kita juga bisa bekerja dan akhirnya seimbang.

Seberapa cintakan Anda terhadap seni?
Ya memang saya sudah makan dan hidup dari seni itu sendiri, meskipun resikonya seorang pekerja seni tidak begitu kaya, tetapi sebenarnya pekerjaan seni itu bisa disambi dengan beberapa profesi lainnya.seperti saya yang menjadi dosen juga peneliti. jadi harus seimbanglah, antara hidup dan melestarikan budaya.



Data Narasumber
Nama : I Gusti Komang Aryaprastya Agus S.Pd, M.Hum.
TTL : Bali, 12 Maret 1980

6 comment:

abe07 said...

seni adalah segalanya,bahkan sepak bola jaman sekarang saja lebih memperlihatkan seni nya daripada kehebatan tim bola tersebut..

bayu said...

"meskipun resikonya seorang pekerja seni tidak begitu kaya," menyedihkan sekali di negeri ini,seorang seniman kurang begitu dihargai padahal seni merupakan bahasa universal di dunia ini

anna yuniarni putri said...

walaupun memang seni dan kebudayaan sudah terlupakan, namun kita harus tetap menghargai seni, terimakasih ya komennya

Anonymous said...

Di Indonesia banyak sekali beragam seni yang dapat dikembangkan dan dikomersilkan secara luas hingga internasional.
oleh karena itu kita sebagai bangsa indonesia harus bangga akan seni dari negara kita sendiri.malu apabila di luar negri seni Indonesia lebih dihargai drpd di Indonesia sendiri.
Marilah kita lestarikan dan majukan seni Indonesia!

Anonymous said...

Menjadi seseorang yang cinta seni sangat mulia, karena jaman sekarag orang yang cinta seni pasti banyak yang di bilang ketinggalan jaman padahal dengan seni kita bisa menjadi lebih berwawasan

puu' said...

SUMPAH SUMPAH GUE PENGEN BANGET LES NARI BALI AAAAAAAAAAAAAAA

Post a Comment